Gunung Sibayak terletak di perbatasan Kabupaten
Karo dan Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Merupakan ikon dari
kota kecil nan sejuk, Berastagi, yang tersohor dengan buah jeruk dan markisanya
yang khas.
Gunung Sibayak yang berarti Gunung Para Raja memiliki ketinggian 2.094 mdpl. Salah
satu favorit bagi para pemula yang merasakan sensasi mendaki gunung. Rasa penasaran
untuk mendaki Gunung Sinabung tertahan, karena sedang terjadi erupsi berkepanjangan
disana yang juga menyebabkan belasan nyawa melayang terkena awan panas yang
sering disebut wedush gembel. Sehingga alternative rute pendakian adalah Gunung
Sibayak yang sering juga disebut saudara kembar dari gunung Sinabung.
Jalur pendakian menuju Gunung Sibayak, dapat
ditempuh dengan rute sebagai berikut:
- Jalur Desa Jaranguda, Medan-Berastagi (60 km ) bisa ditempuh dengan bus sedang Murni, Sitra, Sinabung, atau bus lain jurusan Kota Kaban Jahe, ongkosnya adalah 12rb s.d. 15 rb rupiah dengan waktu tempuh adalah 1 ½ s.d. 2 jam perjalanan. Lalu berhenti di pusat/pasar Kota Berastagi. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan Angkutan bermerk Kama yang berwarna Hijau dengan tujuan Desa Jaranguda dengan ongkos kira-kira 4rb rupiah dengan waktu tempuh 15 s.d. 20 menit. Kalau mau singkat, dari Desa Jaranguda kita bisa sewa angkutan sampai dengan titik awal pendakian dengan tariff 60rb rupiah. Namun kebanyakan pendaki lebih memilih berjalan kaki menuju titik pendakian dengan waktu tempuh 1 ½ s.d. 2 jam melalui jalan aspal yang menanjak tajam.
- Jalur Desa Semangat Gunung/Raja Bernah, Medan-Simpang Menuju Lau Debuk-debuk/PLTG Pertamina, kurang lebih 5 km sebelum sampai Kota Berastagi. Kemudian dilanjutkan dengan naik angkutan menuju Desa Semangat Gunung/Raja Bernah. Di desa ini terdapat banyak sekali tempat pemandian air panas/hotspring yang siap memanjakan badan kita selepas mendaki Gunung Sibayak. Dulunya ada Kolam yang luas yang bernama Lau Debuk-debuk sebagai tempat yang masyhur untuk pemandian. Namun sekarang, sudah jarang dipakai oleh masyarakat. Di desa ini, terdapat pula PLTG Pertamina yang nantinya jalur pipanya akan menjadi penunjuk jalan bagi para pendaki sesampai di desa ini. Atau dari simpang Lau Debuk-debuk/PLTG Pertamina, kita bisa memakai jasa kereta (sepeda motor) ojeg dengan tarif 15rb sampai ke Desa Semangat Gunung/Raja Bernah. Karena angkutan ke desa tersebut sangat jarang sekali.Rute pendakian dari Desa Jaranguda dan Desa Semangat Gunung/Raja Bernah akan bertemu ditanjakan tajam sebelum sampai di tempat perkemahan pertama di lereng gunung Sibayak.
- Jalur 54, kenapa disebut dengan 54? Karena memang terletak di Km 54 dari Kota Medan menuju Kota Berastagi. Uniknya, jalur ini masih masuk ke wilayah Kec. Sibolangit, Kabupaten Deliserdang. Jalur ini merupakan jalur ekstrem. Waktu tempuhnya adalah 6 s.d. 8 jam perjalanan mendaki s.d ke Puncak Sibayak.
Tepat 31
Januari 2014, bersama teman kantor saya, bang taufan, kami memutuskan mendaki
Gunung Sibayak melalui rute Desa Jaranguda. Pukul 14.30 WIB kami berangkat
dengan menumpang bus Murni dari Simpang Pos, Kota Medan, yang merupakan stasiun bus dengan trayek menuju daerah Berastagi, Kaban Jahe,
Sidikalang, atau menuju daerah Aceh seperti Kutacane, Singkil, Subulussalam dan
sekitarnya. Kami pun sampai di Kota Berastagi sekitar pukul 16.10 WIB. Dan dilanjutkan
dengan menumpang angkutan Kama berwarna Hijau juran Desa Jaranguda. Pukul 17.15
WIB, kami pun sampai di Desa Jaranguda, lalu mengisi buku registrasi dengan
membayar tiket 4rb rupiah per orang. Lalu kami memutuskan untuk berjalan kaki
sampai dengan titik pendakian dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan.
Sesampai di
titik pendakian, yaitu tempat perkemahan pertama, kami bingung menentukan titik
pendakian berhubung titik pendakian yang biasa sudah longsor dan kebetulan hari
sudah sangat gelap. Karena sudah capek dan lelah. Kami memutuskan untuk
mendirikan kemah disitu sambil menunggu orang yang akan mendaki sebagai
penunjuk jalan.
Sambil menunggu
pendaki lain datang, tiba-tiba terlihat dua titik cahaya berwarna merah bergerak
kesana kemari terkena lampu senter saya. Rupanya ada seekor kukang yang
berkeliaran di sebatang pohon. Saya pun mendekatinya, bersama teman saya. Lalu saya
ambil kamera dan berusaha untuk memotonya. Namun hasilnya tetaplah jelek
walaupun sudah lumayan jelas keberadaan si kukang di gambar yang saya ambil. J
Dan akhirnya,
datanglah rombongan anak SMA Pecinta Alam yang sudah biasa mendaki Gunung
Sibayak, dan kami pun sepakat untuk melanjutkan pendakian pada esok, dini hari.
Setelah terbangun,
pukul 04.45 kami pun bergerak menuju puncak Sibayak. Jalur menuju puncak
lumayan jelas, namun banyak sekali persimpangan dan jalur-jalur alternative,
sehingga dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra, di samping jalan yang berkabut,
ada jurang yang menganga di sisi kiri atau kanan jalur pendakian.
Ketika hampir
sampai di kawah Gunung Sibayak, tepatnya di jalur bebatuan, terdapat angin yang
sangat kencang yang berasal dari hembusan dari kawah Sibayak dan Angin
Pegunungan. Dan Gunung Sibayak ini terkenal dengan Gemuruh yang sangat Kuat yang berasal dari kawahnya. Membuat kami ragu untuk melanjutkan perjalanan. Kami pun memutuskan
untuk menunggu rombongan yang lain sebagai penunjuk jalan. Setelah bertemu
dengan rombongan yang lain, kami pun memutukan untuk langsung mendaki ke Puncak
III, disertai angin yang sangat dingin dan kencang. Setelah bersusah payah
mendaki, kami pun sampai di Puncak III, sampai dengan matahari terbit.
Setelah matahari
terbit, kami pun turun ke lereng, dan melanjutkan perjalanan ke Puncak II
dengan jalan yang sangat terjal. Ketika mendakinya, mungkin sangat mudah. Akan tetapi
ketika hendak turun dari Puncak II, dibutuhkan nyali yang sangat besar, karena
jalannya yang licin dan mencapai sudut 70 s.d. 80 derajat.
Setelah turun
dari Puncak II, kami pun turun ke kawah Sibayak. Dan mengabadikan momen tersebut. Di sekitar kawah, merupakan tempat favorit bagi para pendaki yang ingin mendirikan tenda, bhakan ada yang sampai berhari-hari menginap di tempat tersebut. Dan Puncak I Sibayak disebut dengan Puncak Tapal Kuda, yaitu Puncak Pilar yang sangat curam yang saya belakangi pada foto saya ini, :)
Setelah berdiskusi panjang, kami pun memilih
pulang melalui rute menuju Desa Semangat Gunung/Raja Bernah. Kemudian mandi air
panas sejenak, lalu pulang ke Medan pada Pukul 13.45 WIB. Lalu tersiar kabar
bahwa telah terjadi letusan Gunung Sinabung yang menewaskan belasan nyawa, kemudian
Kota Berastagi yang berjarak 20 km dari Gunung Sinabung ikut diguyur hujan abu
yang tebal.
*Kelebihan Gunung ini adalah mudahnya akses untuk mendakinya, sehingga cocok untuk pemula, jarak tempuh yang singkat, jalur pendakian yang jelas, dan terdapat pemandian air panas di bawah kaki gunung. Perlu dicatat, naik gunung harus punya prinsip yaitu "pulang dengan selamat". Walaupun gunung Sibayak tergolong mudah didaki, perlu diingat sudah banyak orang yang hilang di gunung ini. Jadi harus tetap menjaga kesopanan dan tidak anggap remeh terhadap gunung ini. Sekian dan Wassalam.