Jumat, 04 April 2014

Menggapai Atap Pulau Sumatera, Gunung Kerinci 3.805 Mdpl


Gunung Kerinci merupakan Gunung Tertinggi di Pulau Sumatera dengan ketinggian 3.805 Mdpl. Merupakan Puncak tertinggi kedua setelah Gunung yang ada di luar pulau Irian Jaya, sekaligus gunung aktif tertinggi di Indonesia. Berada di wilayah admnistratif Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi dan termasuk Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang mencakup wilayah Propinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Barat. Walaupun berada di wilayah Propinsi jambi, namun akses yang lebih mudah justru dari Kota Padang (Sumatera Barat) dengan waktu kurang lebih 7 jam perjalanan. Sementara jika melalui kota Jambi, akan memakan waktu tempu kurang lebih 15 jam perjalanan. Alternative lainnya adalah melalui jalur lintas tengah sumatera dengan berhenti di kota Bangko atau Muara Bungo dengan waktu tempuh 2 s.d. 4 jam perjalanan ke Kersik Tuo. 


Pada hari Jumat, tanggal 28 Maret 2014, sesuai dengan perjanjian kami berkumpul di bandara Internasional Minangkabau (Sumatera Barat) pada Pukul 11.00 WIB dalam rangka pendakian ke Gunung Kerinci. Setelah semuanya lengkap, kami bertujuh beserta Pak Pani bertolak ke Kabupaten Kerinci, tepatnya di desa Pelompek, diantara Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh kurang lebih jam perjalanan.




Jalannya yang berkelok kelok menyusuri Kota Padang, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat dan diakhiri di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Di sepanjang perjalanan kami melewati rangkaian pegunungan Barisan yang memanjang, Danau Atas dan Danau Bawah, dan Perkebunan Teh yang menghampar luas. Dan akhirnya kami pun sampai di Homestay Gunung Tujuh milik Bu Zar. Lalu kami pun beristirahat guna persiapan besok pagi.


Pada hari Sabtu, tanggal 29 Maret 2014, pukul 09.00 WIB kami pun tiba di Desa Kersik Tuo, dengan jarak 20 menit perjalanan. Di sepanjang perjalanan terdapat hamparan kebun teh yang sangat luas. Konon katanya merupakan yang terluas di Asia Tenggara, milik PTPN VI Kayu Aro dengan teh kualtas ekspor. Dan pukul 09.30 kami pun sampai di simpang macan. Lalu berlanjut ke pos penjagaan TNKS dan lanjut ke pintu rimba dan memulai pendakian.





Dari pintu rimba menuju Pos I dapat ditempuh dengan waktu 30 menit. Pos I ditandai dengan adanya pohon besar yang melintang di jalur pendakian dan sebuah pondok tempat berteduh. Jalurnya masih sangat landai Sampai di Pos II (Pukul 10.00)




Pos I ke Pos II dapat ditempuh dengan waktu 30 menit. Pos II tidak memiliki Pondok layaknya Pos I. Namun berupa tanah yang agak lapang dan terdapat gundukan sampah yang telah dikumpulkan. Jalurnya mulai sedikit menanjak. Sampai di Pos II (Pukul 10.30)




Pos II ke Pos III dapat ditempuh dengan waktu 1 jam 30 menit. Pos III memiliki pondok layaknya Pos I. Jalurnya semakin curam. Sampai di Pos III (Pukul 12.00).





Diantara Pos III dan Shelter I terdapat Lobang Harimau yang dulunya merupakan sarang dari Si Raja Hutan, namun pada saat sekarang sudah tidak ada lagi harimau yang bersarang disitu.




Waktu tempuhnya adalah 1 jam. Ketika rehat di Shelter I (pukul 13.30), hujan mulai turun dan kami pun mulai memakai jas hujan. Tantangan sesungguhnya pun hadir. Jalur yang mulai curam dengan lumpur yang sangat licin. Berkali-kali saya dan teman-teman terpaksa berhenti untuk mengambil napas.


Shelter I ke Shelter II adalah ujian yang sesungguhnya. Jalur pendakian yang telah digenangi air yang mengalir akibat hujan yang melanda plus jalurnya membentuk tangga raksasa yang membuat kami harus meraih akar pohon atau kayu lainnya untuk mencapai bagian yang lebih tinggi. Waktu tempuhnya adalah 2 jam perjalanan.


 
Sesampai di Shelter II dengan ketinggian 3.100 mdpl (pukul 16.00), fisik saya sudah drop habis. Shelter II dapat dicapai dengan agak membelok sedikit kebawah kira-kira 30 meter. Ditandai dengan adanya palang-palang besi yang biasa digunakan untuk pelindung tenda. Dan hujan sudah reda. Saya pun beristirahat cukup lama disini.

 
Seandainya fisik masih fit, waktu tempuh dari Shelter II ke Shelter III adalah 1 jam perjalanan. Namun karena telah drop, saya pun menempuhnya dengan waktu tempuh 2 jam. Di tengah perjalanan saya pun mengabadikan matahari terbenam, walau tertutup oleh awan hujan, tapi siluet matahari terbenam tidak mengurangi keindahan alam.


Saya pun sampai di Shelter III dengan ketinggian 3.300 mdpl (Pukul 19.00). Saya pun segera mengganti baju yang sudah basah kuyup. Suhu pun sudah terasa sangat dingin. Hingga air hidung pun ikut keluar dengan sendirinya :D . Setelah makan malam, saya pun mengabadikan moment perkemahan malam dengan mode slow speed. J Dan akhirnya kami pun beristirahat malam dengan hasil yang menakjubkan. Saya terbangun 8 x dan malam terasa sangat panjang, :D 



Pada hari Ahad, 30 Maret 2014, pukul 04.00 kami pun memulai Summit Attack. Menurut informasi, perjalanan menuju puncak cukup berbahaya. Karena medannya yang berpasir dan berbatu plus angin kencang yang bisa saja muncul secara tiba-tiba. Pada suatu moment, sebuah batu yang cukup besar menggelinding dari atas dan beruntung Cuma mengenai lutut saya. Lalu saya pun sampai di Tugu Yudha pada pukul 05.30 WIB, lalu saya Sholat Shubuh sejenak disini, dan lanjut menuju ke Puncak Kerinci 3.805 Mdpl dan sampai disana pada Pukul 06.00 WIB. Dari kejauhan tampak kemegahan Danau yang dikelilingi 7 puncak gunung yang sering disebut dengan Danau Gunung Tujuh (1950 Mdpl).









Setelah puas berada di Puncak, kami pun turun ke Tugu Yhuda. Tampak Danau Gunung Tujuh dan Danau Belibis dari kejauhan.









Lalu kami pun kembali turun ke Shelter 3.



Dan bersiap-siap turun kembali ke Kersik Tuo dan sampai disana pada pukul 16.00 WIB. 


Dan keesokan harinya, Senin, tanggal 31 Maret 2014 sampai kembali ke Kota Padang, dan malamnya Langsung berangkat ke kota tercinta, Padangsidempuan. Syukur Alhmdllh kepada Allah SWT, Terima kasih yang banyak kepada Pak Agung, Bang Kiki, Mas Utut, Gilang, Shofwan, Chandra, sebagai teman kelompok, Pak Pani sebagai guide, Pak Muklis, Bang Joni, Bang Advel, Pak Koto, sebagai porter

N/B:
  1. Sepanjang Jalur Pendakian, sulit untuk mendapatkan sumber air, seandainya pun ada, harus turun menuruni tebing yang curam, berisiko untuk tersesat atau terpeleset, jadi harus menyediakan stok air/manajemen air yang mantap dari awal pendakian.
  2. Jangan berjalan sendiri di belakang, sebagai sesama rombongan, harus saling menunggu.
  3. Bagi yang punya rezeki lebih, sebaiknya memakai jasa Guide dan Porter, selain memberi tambahan penghasilan bagi masyarakat setempat, juga akan menciptakan suasana yang lebih akrab, selain menambah kenalan baru, juga menambah pengetahuan yang lebih dalam dan akurat tentang seluk beluk Gunung Kerinci