Setelah
jauh-jauh hari membuat rencana, akhirnya aq menjejakkan kaki di bumi Celebes.
Kota Makassar adalah tempat pertama yang aq datangi. Pada saat itu tanggal 24
Mei 2014, pukul 18.00 WITA, pesawat Citil**k yang aq tumpangi menjejakkan
roda-rodanya di Bandara Internasional Hasanuddin yang megah.
Begitu mendarat, aq langsung bergegas menuju stasiun bus Litha Co, dan berangkat pada malam itu juga ke Kab. Tana Toraja (Catper Ekspedisi Tana Toraja Menyusul) dan dari Kab. Tana Toraja, aq dan bersama teman, Patuan Handaka Pulungan pergi ke Pasar Baraka, titik point pertemuan dengan rombongan yang akan sama-sama mendaki ke Puncak Rante Mario.
Pada
tanggal 25 Mei 2014, pukul 22.00 WITA kami sampai di Pasar Cakke (Kab.
Enrekang) perjalanan dari Kab. Tana Toraja dengan waktu tempuh kurang lebih 2
jam perjalanan dengan menggunakan Bus. Sejatinya, perjalanan dari kota Makassar
ke Pasar Cakke adalah kurang lebih 9 jam perjalanan. Dari Pasar Cakke ke Pasar
Baraka, jaraknya adalah 10 km. Karena sudah larut malam, kami meminta bantuan
pak Dadang (Pemimpin KPA Lembayung) untuk dijemput, dan akhirnya pukul 22.20
WITA sampai di Pasar Baraka dan menginap di tempat beliau sembari menunggu
rombongan lain yang akan tiba kira-kira pukul 05.00 WITA dini hari.
Setelah
beramah tamah, kami pun istirahat dan pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 4.30 WITA
dini hari, rombongan tim pun sudah tiba. Total kami berjumlah 10 orang. Aq
(Mean), Patuan, Ojan, Ayyub, Eka, Ika, Imam, Dani, Herman dan Aron. Setelah
beres-beres barang, pada pukul 10.00 WITA kami pun berangkat, yang menjadi
guide kami adalah Faisal, Harun, dan xxxx. Mobil 4x4 Land Cruiser tua pun jadi
tumpangan kami. Awalnya aq meremehkan mobil ini, tapi di lapangan mobil ini menunjukkan
siapa dia yang sebenarnya kokoh dan tangguh, salut aq.
Tujuan
pertama kami adalah Polsek Baraka, hanya berjarak 500 meter dari rumah Pak
Dadang. Setelah selesai melapor, maka tujuan selanjutnya adalah Dusun Karangan
yang akan ditempuh selama kurang lebih 3 jam perjalanan.
Awalnya jalannya masih
cukup bagus, tapi ditengah perjalanan petualangan itupun dimulai. Jalanan yang
menanjak, menurun, sempit, dan penuh lumpur. Sesekali melewati aliran sungai
kecil. Tampak rumah panggung, ciri khas Sulawesi Selatan berjajar kesana
kemari. Menyembul diantara kebun salak, kopi, ladang jagung, cabe, tomat dan
palawija lainnya. Ladang-ladang yang ditanami juga menghampiri jurang-jurang
yang mencapai kemiringan 60-70 derajat. Beraneka ragam burung-burung juga masih
berkeliaran bebas. Tampak dari kejauhan, punggungan pegunungan yang berjejer,
pegunungan dengan tipe batuan kapur yang bentuknya banyak yang tidak lazim.
Sungguh alam yang indah, aq membatin.
Setelah
melewati banyak punggungan bukit, kami pun sampai di Dusun Karangan pada Pukul
13.00 WITA, perkampungan terakhir untuk mendaki Latimojong. Kami pun segera
melapor ke kepala Dusun Karangan, nama beliau Pak Sunu. Sekitaran Pegunungan
Latimojong didiami oleh suku Duri. Perawakannya khas, dan bertubuh agak kecil. Di
Dusun Karangan, kita bisa langsung meminum air pancur yang mengalir, karena
disini air sangat bersih dan jernih. Langsung dari pegunungan yang tidak ada
lagi perkampungan yang akan mengkontaminasi air yang mengalir.
Kami pun makan siang, lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Pos I tepat pada pukul 14.00 WITA.
Ciri khas yang menonjol pada rute Dusun Karangan – Pos I adalah, awalnya kita
akan menyusuri sungai besar. Banyak persimpangan di kanan kiri. 3 sungai kecil akan
dilewati dan akhirnya sampai di Pondok Jagung.
Dan tak jauh dari Pondok Jagung
kita akan mendapati Pos I. Rute ini didominasi oleh perkebunan Kopi yang
menanjak dan menurun. Sehingga apabila hari sedang terik, akan sangat menguras
keringat. Tapi beruntung banyaknya sungai yang dilalui tidak akan mengurangi
stok air yang dibawa karena air sungainya bisa langsung diminum. Terdapat
beberapa bunga edelweiss pada rute ini. Pos I bernama Buntu Kaciling, berada
pada 1800 mdpl, waktu tempuhnya adalah 1.5 s.d. 2 jam.
Setelah istirahat sejenak, kami pun mulai beranjak ke Pos II. Pada awalnya, rute ini menanjak. Dan pada suatu titik, jalaur pendakian akan terus menurun. Kita pun mulai memasuki jalur hutan hujan basah. Ketika datang hujan, maka jalur pendakian akan sangat berlumpur. Sesekali kita akan mulai menemukan kubangan dari Anoa, hewan khas Sulawesi yang menyerupai sapi yang mempunyai tanduk yang tajam. Hati-hati, jalur dari Pos I ke Pos II adalah rute yang panjang dan tak terduga. Terdapat beberapa jembatan kayu, apabila salah melangkah, anda akan masuk ke jurang yang sangat dalam, jangan ragu berpegangan pada akar pohon yang kuat atau anda mempersiapkan tongkat sebagai penopang.
Waktu tempuhnya adalah
1,5 s.d. 2 jam perjalanan. Pos II adalah tempat yang ideal untuk berkemah.
Terdapat goa batu alami dan sungai yang lumayan besar dan jernih. Namun
sayangnya, ruang untuk mendirikan tenda amat terbatas, jika yang mendirikan
tenda disini lebih dari 40 orang. Aq pun sampai di Pos II (Goa Sarong Pakpak) pada
pukul 17.30 WITA. Kami pun mendirikan tenda disini dan memang kebetulan ada
rombongan lain yang sudah duluan sampai disini yang jumlahnya mencapai 32
orang. Sehingga tenda yang kami dirikan pun agak terbatas ruangnya. Dan
akhirnya istirahat malam.
Keesokan harinya, pada tanggal 27 Mei 2014, pukul 09.00 WITA, kami pun melanjutkan perjalanan. Rute dari Pos II ke Pos III adalah rute dengan medan yang ekstrem. Beberapa titik bisa mencapai 85 derajat. Beruntung rute ini memiliki banyak akar-kar pohon yang kuat yang memudahkan untuk mendaki. Bagi aq, rute ini termasuk menyenangkan apabila untuk naik mendaki, lain halnya dengan ketika turun gunung, memang sangat menyulitkan. Beruntung rutenya tidak terlalu jauh. Pada pukul 10.00 WITA, aq sampai di Pos III dengan nama Lantang Nase 1940 mdpl. Waktu tempuh kurang lebih 1 jam.
Setelah istirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan ke Pos IV. Rutenya tidak terlalu ekstreme. Bahkan dibeberapa titik hanya berupa jalan yang datar. Aq pun sampai di Pos IV (Buntu Lebu) pada pukul 11.20 WITA yang mempuyai titik ketinggian 2.475 mdpl. Waktu tempuh kurang lebih 50 menit.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Pos V rute ini merupakan yang terpanjang namun memiliki jalur yang relatif landai. Namun hati-hati, di beberapa titik terdapat jurang yang cukup dalam. Di jalur ini terdapat tumbuhan endemik Sulawesi Selatan, yaitu Pohon Kalpataru. Bunga Kalpataru adalah Simbol Penghargaan bagi Penggiat Lingkungan dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Pada Pukul 13.00 WITA aq pun sampai di Pos V (2480 mdpl) dengan nama Soloh Tama. Waktu tempuh kira-kira 1,5 jam. Pos V adalah area datar yang sangat luas sehingga cocok untuk berkemah, disamping itu juga terdapat sumber air (sungai) yang dapat dijangkau dengan menuruni lereng yang berjarak kurang lebih 100 meter. Kami pun istirahat cukup lama disini sambil makan siang.
Perjalanan pun dilanjutkan ke Pos VI, rutenya lumayan bersahabat. Dan vegetasi tumbuhan mulai beubah menjadi perdu. Pada pukul 15.25 WITA aq pun sampai di Pos VI (2690 mdpl). Waktu tempuh adalah 1,5 jam.
Kemudian lanjut ke Pos VII dan sampai pada pukul 17.00 WITA. Waktu tempuhnya adalah 1 jam. Di pos VII terdapat sungai yang sangat jernih dan sedingin es.
Hati-hati
disini ketika hari sudah sore. Hangatnya matahari sekejap akan digantikan
dinginnya suhu mungkin bisa sampe minus derajat ketika matahari sudah terbenam.
Ditambah lagi, angin bertiup sangat kencang ketika berada di Pos VII sampai
dengan ke Puncak.
Jika pada musim kemarau, Pos VII (Kolong Buntu) adalah tempat terbaik untuk mendirikan tenda, jika ingin ke Puncak. Namun ketika ada hujan, telaga adalah tempat terbaik. Karena ketika ada hujan, telaga akan berisi air dan disini tenda lumayan terlindungi oleh punggungan beberapa puncak yang terdapat di lembah ini. Karena menurut informasi pendaki yang turun ada ada air di telaga, maka kami pun mendirikan tenda di telaga. Waktu tempuh dari Pos VII ke Telaga adalah 30 menit. Kami istirahat disini.
Keesokan harinya, pada tanggal 28 Mei 2014, pukul 05.50 WITA kami pun sudah bersiap untuk mencapai puncak. Setelah full team, kami pun memulai perjalanan yang akan ditempuh kira-kira 40 menit. Dan waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, pada pukul 06.30 WITA, aq menjejakkan kakiku di Puncak Rante Mario 3478 mpdl. Alhamdullirobbilalamin….
Pada pukul 07.15 WITA kami pun kembali ke Telaga. Pada pukul 11.30 WITA, rombongan kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuruni gunung dan kembali ke Dusun Karangan dan aq sampai di Dusun Karangan pada pukul 20.15 WITA. Waktu tempuh yang aq lalui adalah kurang lebih 9 jam, dengan catatan kaki 3 minggu yang lalu baru saja terpelintir, jadi tidak bisa selalu berlari turun. Kalau kaki aq sehat, mugkin bisa ditempuh dengan waktu 7 jam.
Keesokan harinya,
pada tanggal 29 Mei 2014, pada pukul 10.00 WITA kami kembali ke Pasar Baraka.
Thanks
to Patuan, Ojan, Ayyub, Eka, Ika, Imam, Dani, Herman, Aron, Faisal, Harun, xxx,
Pak Sunu, Pak Dadang (KPA Lembayung) dan Lain-lain.
n/b:
- Waktu tempuh naik adalah adalah kurang lebih 12 jam (tanpa isitirahat) dan turun sekitar 7 jam (tanpa istirahat).
- Sepanjang pendakian Latimojong, terdapat banyak sungai/sumber air. Jadi ketika packing barang, tidak usah terlalu memberatkan diri dengan membawa stok air yang terlalu banyak. Cukup untuk minum di jalan saja.
- Hati-hati pada rute dari Pos I ke Pos II, karena rombongan kami telah terdapat dua orang korban. Karena memang rutenya tidak bisa ditebak. Terdapat jurang yang dalam dan jembatan-jembatan kayu yang labil. Bagi yang kakinya ada cidera, usahakan membawa tongkat. Gak usah malu, karena memang sangat membantu ketika perjalanan.
- Ketika Pos II (Goa Sarung Pakpak terlihat dari seberang sungai, jangan coba-coba untuk menyeberangi sungai. Apabila tergelincir, aliran sungai sangat deras, terdapat batu yang besar dan tajam. Jembatan penyeberangan sudah disediakan di jalur pendakian dengan melangkah ke depan lebih jauh sedikit.
- Hati-hati dengan perubahan cuaca. Ketika datang hujan atau matahari terbena, apalagi setelah tiba di Pos VII, suhu bisa berubah sangat ekstrem, atau di sepanjang perjalanan, jalur pendakian akan sangat berlumpur ketika hujan.
- Usahakan untuk mendapatkan tempat di Pos II apabila ingin bermalam disana, karena memang ruang untuk mendirikan tenda di Pos II sangatlah sempit.
- Jangan malu untuk beristirahat atau berbagi beban dengan teman kelompok. Karena memang rute Pendakian Memang terkenal sangat sulit dan tidak bisa ditebak.