Perjalananku
ke Tana Toraja adalah tujuan wisata yang pertama aq jalanani di bumi Celebes,
menyambung edisi ekspedisi latimojong dengan alur mundur, selepas mendarat di
bandara International Hasanuddin, aq dan temanku Patuan Handaka Pulungan
berjanji bertemu di terminal Bus Litha Co. dengan tujuan Makale dan Rantepao
yang beralamat di Jalan Urip Siswomiharjo, Kota Makassar. Pada tanggal 24 Mei
2014, pukul 09.00 WITA, bus eksekutif yang kami tumpangi pun melaju dengan
mulus diatas jalan raya Provinsi Sulawesi Selatan yang mulus, lebar dan datar.
Kami pun
sampai di Makale pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 05.00 WITA, dan melanjutkan
perjalanan ke Rantepao dan tiba sekitar jam 06.00 WITA. Makale adalah ibukota
Kabupaten Tana Toraja, sementara Rantepao adalah ibukota Kabupaten Tana Toraja
Utara, pecahan dari kabupaten induknya, Tana Toraja. Toraja
adalah suku yang sangat unik, berbeda dengan suku-suku lainnya di Sulawesi
Selatan lainnya. Suku Toraja lebih suka tinggal di pegunungan, berbeda dengan
budaya Makassar dan Bugis yang terkenal dengan para pelaut dan kapal pinishi.
Secara keyakinan, suku Toraja didominasi oleh yang beragama Nasrani, disamping
kepercayaan setempat.
Karena
bentuk rumah adatnya yang unik, tertera di uang pecahan Rp 5000,- edisi 1980.
Saya pun sedari kecil bercita-cita menjejakkan kaki di Tana Toraja. Suku Toraja
memiliki kepercayaan reinkarnasi, layaknya Umat Hindu. Sehingga mereka
menguburkan orang yang sudah wafat di tebing gunung. Karena topografi alam dari
Sulawesi Selatan yang berupa bukit kapur dan bertebing-tebing, surga buat para pecinta panjat tebing dari
seluruh Indonesia.
Kembali ke
Rantepao, Kami pun memilih Wisma Maria sebagai tempat peristirahatan. Wisma
Maria terletak tidak jauh dari pusat kota Rantepao. Per hari sewanya adalah Rp
100.000,- dan sekaliam kami menyewa sepeda motor sebagai akomodasi transportasi
seharga Rp 60.000/ per hari.
Tempat
pertama yang kami kunjungi adalah Londa. Sebuah pemakaman bangsawan suku Toraja
yang terletak kira-kira 5 km dari
Rantepao arah selatan (menuju arah Makale). Pemakaman yang terdiri dari tebing
batuan kapur yang mempunyai goa alami.
Kami
menyusuri goa tersebut dengan bantuan pemandu setempat. Untuk dapat menyusuri
goa ini dari satu sisi ke sisi lainnya, tidak bisa dilalui oleh orang yang
gemuk. Karena goanya pada titik tertentu harus merangkak.
Tujuan
berikutnya adalah Lemo, jaraknya 3 km
dari Londa, adalah pemakaman terkenal lainnya yang ada di Toraja. Pada
pemakaman ini cirri khas yang menonjol adalah pakaian patung yang menyerupai
orang yang telah wafat bercorak warna merah dan ada dua rumah adat tongkonan
yang lumayan besar, merupakan keranda mayat, terletak di depan pemakaman.
Disekitar pemakaman banyak juga rumah adat yang sudah berumur ratusan tahun
yang atapnya sudah ditumbuhi oleh lumut.
Kami pun
menyempatkan berfoto dengan anak-anak yang berkebetulan bermain sepakbola di
depan rumah adat yang atapnya sudah ditumbuhi oleh lumut.
Tujuan selanjutnya
adalah Kete’ Ketsu, sebuah kompleks perumahan tradisional Tongkonan yang
masyhur. Dan diabadikan di lembar uang Rp 5000,- edisi tahun 1980-an. Berjarak 4
km dari Rantepao. Disini terdapat kerbau khas Toraja yang begitu besar dan
cantik. Dibagian belakang kompleks perumahan tradisional Kete’ Ketsu ini juga
terdapat kompleks pemakaman.
Tujuan selanjutnya
adalah mengunjungi desa Batutumonga. Terletak 30 km dari Rantepao menuju arah
utara. Desa Batutumonga terletak di puncak Gunung Sesean yang mempunyai
ketinggian lebih dari 2000 mdpl. Siap-siap merasakan ekstremnya jalan dan
dinginnya suhu yang akan dirasakan. Tetapi semua hal tersebut terbayar dengan
pemandangan yang luar biasa. Terkadang kita bisa melihat warna pelangi yang
begitu indah menerpa lembah Rantepao.
Sepulang dari
Desa Batutumonga, kami pun kembali ke Rantepao untuk malamnya berangkat ke
Pasar Cakke Kabupaten Enrekang. Melanjutkan ekspedisi selanjutnya yaitu mendaki
atap Pulau Sulawesi, Puncak Rantemario, Gunung Latimojong (catper sudah
diterbitkan pada edisi sebelumnya)
N/B:
- Biaya : Makassar-Rantepao/Makale = Rp. 150.000 (bus executive) kalau maw bus yang lebih murah ada, tapi kenyamanan dan waktu tempuh lebih lama. Sewa Penginapan = Rp 60.000 – Rp 100.000/hari. Sewa sepeda motor = Rp 60.000/12 jam. Tiket masuk = Rp 10.000 – 20.000/objek.
- Khusus di Londa, untuk dapat memasuki gua makam, harus memakai jasa pemandu dengan bayaran Rp. 30.000 dengan fasilitas lampu badai.
- Sebaiknya jika mendaki Gunung Latimojong, maka tujuan selanjutnya adalah ke Tana Toraja, bukan sebaliknya. Karena akses Kabupaten Enrekang – Tana Toraja banyak tersedia mobil sewa/charter unutuk perjalanan pulang – pergi. Namun jika dari Tana Toraja ke Kab Enrekang, sangat sulit didapatkan mobil sewa/charter.