Rabu, 31 Januari 2018

Setting Manual Kamera DSLR

Setting Manual Kamera DSLR

Untuk Foto bulan Purnama:

Pertama, cari tahu fase Bulan
Periksa kalender lunar untuk melihat fase Bulan apa hari ini. Anda juga bisa mengunjungi situs web seperti Moonconnection.com atau Moongiant.com untuk mengetahui fase Bulan hari ini. Dengan mengetahui fase Bulan, Anda jadi tahu kapan Bulan terbit dan di mana posisi Bulan yang akan Anda potret.
Kedua, makin di-zoom makin bagus
Lensa zoom sangat penting untuk menangkap detail permukaan Bulan. Lensa Sigma 50-500mm dirasa sudah sangat ideal. Ditambah sebuah tripod untuk menjaga kamera Anda agar berdiri kokoh, dan tentunya gunakan juga shutter release cable untuk mengurangi getaran saat memotret tombol kamera. Anda juga bisa memakai Timer.
Ketiga, atur kamera
Jika sudah tahu fase Bulan dan persiapan lain di atas, saatnya atur kamera! Atur kamera ke mode Manual. Ketika memilih pengaturan kamera Anda, ada dua faktor penting untuk diingat: pertama, Bulan sangat terang, sehingga pilih ISO yang rendah. Kedua, Bulan bergerak lambat, sehingga kecepatan rana harus diatur sedemikian pas. Kami memilih 1/200 detik, f/10 dan ISO 100 atau 200.
Keempat, atur fokus dan jepret!
Bulan tidak akan memenuhi seluruh frame, sehingga Anda harus mengatur fokusnya terlebih dahulu. Ketika sudah fokus, tekan tombol shutter dan lepaskan kamera sebelum mengambil jepretan pertama. Gunakan layar LCD pada kamera untuk melihat hasil potretnya.
Dan, that's it! Foto Bulan pertama Anda telah jadi. Anda tinggal atur hasil jepretan Anda dengan aplikasi penyunting foto yang Anda telah miliki. Untuk gambar yang lebih artistik, direkomendasikan untuk mencari suatu objek yang dapat muncul di depan Bulan. Sebuah pohon, bangunan atau garis pagar adalah beberapa di antaranya.
Kalau pakai Tripod :
o ISO 100-200
o Aperture f/11 – F14
o Shutter (Rana) 1/125 – 1/250
Kalau digenggam :
o ISO 800-1000
o Aperture f/8 – 9
o Shutter (Rana) 1/1000 – 1/1500

Untuk Foto Sunset dan Sunrise:

Mode Eksposur / Exposure Mode : Gunakan MANUAL
Fokus : Gunakan MANUAL juga, terkadang ketika menggunakan AUTO fokus pada saat memotret sunset bagian yang terfokus bukanlah bagian yang kita harapkan.
Kecepatan Shutter / Shutter Speed : Atur pada angka 1/30 detik atau lebih lama.
Apertur : Gunakan Aperture pada f / 16
Kesensitifan Sensor Terhadap Cahaya / ISO : Gunakan angka 100 atau lebih rendah (disesuaikan dengan kondisi saja)
Rekomendasi Lensa yang Digunakan : Lensa dengan ukuran 18-24 milimeter (mm)
Drive Mode : Gunakan shot tunggal, atau sering disebut Single Shot.
Pengaturan WB (White Balance) : Karena sunset dan sunrise identik, anda bisa menggunakan Preset WB “Daylight”.
Rekomendasi Filter Lensa yang Digunakan : Gunakan filter ND (Neutral Density)
Foto Sunset dan Sunrise diambil dengan memanfaatkan “Golden Hour / Golden Time” sehingga terlihat keemasan.
Pengertian Golden Time / Golden Hour dalam fotografi adalah waktu dimana langit memancarkan cahaya keemasan yang lembut, waktu-waktu emas ini sekitar 1 jam sebelum matahari terbenam.
Kemudian golden time ini ada yang menyebutkan muncul sekitar jam 7.00 sampai 9.00 pagi hari, sedangkan untuk sore hari sekitar jam 16.00 – jam 17.00 / 1 jam sebelum sunset.
Cahaya saat golden time memiliki karakter lembut dan tidak berlebihan, sangat pas untuk anda yang suka dengan foto romantis nan dramatis.

Untuk Foto Kembang Api:

Lebih baik gunakan mode manual eksposur, dan untuk kondisi pemotretan kembang api pada umumnya, pakai setting eksposur berikut: Kecepatan kembang api normal: Aperture F/16 –  Shutter 2 detik dan ISO 100 atau Aperture: f/14 – shutter 2 detik dan ISO 200; Kembang api rentetan cepat: Aperture: f/18 – Shutter 1.25 detik dan ISO 100
Tripod Wajib Dipakai
Gunakan Resolusi Terbesar Kamera Agar Foto Kembang Api Anda Oke Di Crop
Matikan Autofokus
Pakai Self Timer/ Release (kabel atau wireless)
Matikan Flash
Memotretlah Sebanyak – banyaknya
Pakai Mode BULB pada kamera DSLR (Altenative) : 
o Speed: BULB (sekitar 3-4 detik)
o Diafragma: f8
o ISO: 400

Untuk Foto Slowspeed/ Speed Cepat:

1. Shutter Speed Kreatif  Pada Foto Landscape: Air Terjun
Setting kamera : f/22, 2,5 detik, ISO 100, 22mm
Pakailah Filter ND
Gunakan Tripod
2. Shutter Speed Kreatif Pada Foto Landscape: Jejak Lampu
Setting kamera : f/16, 30 detik, ISO 100, 35mm
Gunakan Tripod
3. Shutter Speed Kreatif Pada Foto Landscape: Buih Laut/Aliran Air Sungai
Setting kamera : f/8, 10 detik, ISO 200, 26mm ; f/11, 10 detik, ISO 100, 55mm ; f/8, 25 detik, ISO 200, 23mm
Pakailah Filter ND
Gunakan Tripod
4. Shutter Speed Kreatif Pada Foto Landscape: Membekukan Ombak
Setting kamera : f/3.5, 1/300 detik, 75mm ; f/3.5, 1/1600 detik, iso 100, 190mm
5. Shutter Speed Kreatif Pada Foto Landscape: Foto Star Trail
Setting kamera : f/2.8, 1200 detik x 3 stacking, ISO 100, 
Gunakan lensa fisheye.

Catatan : Settingan yang ada disini hanyalah pandual awal yang saya sadur dari berbagai sumber untuk memudahkan belajar untuk fotografi menggunakan DSLR. Jika rekan-rekan sekalian ingin ber eksplorasi lebih mantap, silahkan berkreasi dengan menambah atau menguragi nilai settingan eksposure atau kreatifitas yang lainnya. semoga bermanfaat.

Senin, 29 Januari 2018

Penanganan Penyakit Bells Palsy

Pada akhir September 2017, cerita ini bermula. Seperti biasa pada saat siang menjelang sore hari istri saya memakan gorengan yang biasa saya beli pada siang harinya. Kemudian istri saya mengalami keluhan yang aneh pada setengah lidahnya, tepatnya pada lidah sebelah kanan setelah mengkonsumsi gorengan tersebut. Setelah pulang pulang dari kantor saya mendapatkan cerita bahwa keanehan tersebut pun terjadi. Karena mengira itu adalah karena keracunan, saya pun menyarankan istri saya untuk meminum air lebih banyak untuk melihat reaksi yang terjadi beberapa selang waktu hingga malam hari pun tiba. Dan saya suruh juga untuk meminum susu cair asli BearBrand supaya racun tersebut bisa tergenalisir dengan cepat. Oh iya, kebetulan suhu pada saat itu adalah berkisar cukup dingin menggigil untuk daerah pinggiran pantai yang kami tinggali. Dan sebelumnya, istri saya juga mengalami gejala gangguan hidung tersumbat di sebelah kanan. Namun gejala sumbatan hidungnya pun sudah berlangsung sekitar 4 hari.
Malam hari pun tiba, tiba-tiba bahagian bibir bawah istri saya tidak bergerak dengan sempurna. Apakah ini gejala stroke?? Kebetulan saya mempunyai obat stroke yang sangat ampuh (bagi yang berminat hubungi saya melalui komen di blog ini). Saya sarankan istri saya untuk memakannya, hingga esok hari pun tiba. Ternyata obat yang saya kasih tersebut tidak bereaksi apa-apa (padahal sudah banyak orang yang stroke berat tidak bisa berjalan, malah bisa sembuh 98% sehingga bisa berjalan dengan obat tersebut), dan malah bertambah lagi gangguan simetris dari wajah sebelah kanan istri saya. Semakin melebar ketidak mampuan syaraf motorik nya mengontrol bahagian tersebut. Akhirnya saya pun mencari-cari informasi di internet apakah gerangan penyakit tersebut.
Tiba-tiba saya melihat ada penyakit syaraf yang disebut dengan Bells Palsy. Oh Bells Palsy rupanya. Saya pun membaca beberapa referensi mengenai Bells Palsy ini. Teringat Bells Palsy, pernah dunia entertainment dan birokrasi pemerintah dihebohkan dengan pemberitaan bahwa artis terkenal yang pada saat sebelum 2016 memimpin Provinsi Banten, Bung Rano Karno juga pernah mengidap penyakit ini. Semakin saya mendalami semakin saya bingung. Maklum lah, saya bukanlah orang yang ahli di bidang kesehatan. Kebetulan profesi saya adalah PNS di Bidang Keuangan. Beralih ke topik permasalahan, semakin saya lihat berita-berita yang muncul, ternyata Bells Palsy pernah diderita oleh orang-orang terkenal lainnya, sebut saja Anjelina Jolie dan Samuel Zylgwyn. Dan mereka bisa sembuh dari penyakit ini. Dan banyak lagi kisah-kisah lainnya yang telah lebih dulu menuliskan pengalaman pribadi atau orang terdekat mereka yang berhasil melalui masa-masa suram terkena penyakit ini. Dan disitulah muncul tekad saya untuk berjuang bersama istri tercinta supaya penyakit ini bisa sembuh total.
Pada Sore harinya kami pun pergi ke dokter umum. Dan benar saja, dokter tersebut mengatakan bahwa istri saya memang terkena penyakit Bells Palsy. Beliau menjelaskan bahwa penyakit ini disebabkan oleh tidak berfungsinya saraf ke VII (saraf fascialis) yaitu syaraf motorik yang mengontrol bahagian wajah. Penyebab tidak berfungsinya syaraf ini ada beberapa macam, bisa karena angin duduk (angin yang mengendap di dekat di dekat telinga atau wajah lainnya karena terlalau banyak terpapar kipas angin atau naik sepeda motor terkena angin atau yang lainnya), bisa terkena bakteri, dan atau bisa terkena virus herpes. Kendala yang paling parah ketika terkena penyakit ini adalah tidak berfungsinya kelopak mata secara sempurna sehingga mata tidak bisa menutup secara sempurna dan walhasil mata pun menjadi kering. Jika dibiarkan terlalu lama bisa berakhibat fatal pada mata tersebut. Maka penderita Bells Palsy harus memakai pelindung mata atau simpel nya harus memakai kacamata yang mampu menahan hembuhan angin supaya tidak menyebabkan mata menjadi kering. Maka oleh dokter tersebut diberikan obat Cendo Lyters cair. Ini bisa diteteskan sebanyak mungin untuk pengganti air mata sementara yang ikut keruh akibat penyakit tersebut. Dan kemudian diberi lagi vitamin syaraf, yaitu methycobalamin dan antibiotik. Dan disarankan untuk kami agar sesering mungkin memanaskan wajah istri saya bisa dengan air panas dalam botol atau kompres pakai air hangat. Kemudian kami pun pulang ke rumah dengan berharap mungkin hanya kena angin duduk di wajah saja. Istri saya pun bercerita bahwa dulu pada waktu kecil, dia pernah kena mencong wajah sebelah. Pada waktu itu dibwakan orang tuanya ke orang pintar, dan hanya diolesi dengan daun kunyit yang dipanaskan dengan minyak zaitun penyakit tersebut sudah sembuh dengan cepat. 

Dan pada keesokan harinya, ternyata tidak ada perubahan yang terjadi. Malah tingkat gannguan simetris pada wajah sebelah kanan. Ekpresi wajah semakin tidak terkontrol. Yang ada hanyalah kondisi wajah sebelah yang tidak bisa berekspresi sama sekali alias kaku sedingin es. Kami pun semakin panik. Bagaimana ini bisa disembuhkan?? Di tengah pikiran yang sedang berperang melawan kenyataan, saya mencoba bersikap tenang. Sambil membaca lagi banyak referensi di internet, apa saja langkah yang harus ditempuh agar bisa terbebas dari penyakit ini. Di banyak refernsi tersebut banyak yang mengatakan si penderita harus di bawa ke dokter spesialis syaraf. Kebetulan saya dan istri berdomisili di daerah yang kurang memiliki kecakapan medis untuk dokter spesialis. Akhirnya saya dan istri pun pulang kampug ke kota kelahiran kami. Tempat dimana orang tua kami berdomisili. Kebetulan dokter spesialis disana memiliki catatan yang lebih baik dalam hal dokter spesialis. Namun sebagai langkah preventive lainnya, sebelum pulang kampung, saya dan istri pergi ke tukang pijat. Moga-moga ada solusi yang lebih jitu dalam penanganan penyakit ini. Dan setelah pulang dari tukang pijit pun, hasilnya sama saja. Tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Dan pada sore harinya kami pun pulang kampung. Dan berharap semoga usaha ini membuahkan hasil.
Setelah saya dan istri sampai di kampung halaman, keesokan harinya istri dan mertua pergi ke dokter spesialis penyakit dalam (saya kembali ke kota domisili dikarenakan harus bekerja sebagai PNS), yang dulunya menurut rumor yang beredar pernah menyembuhkan penyakit sejenis. Dan setelah berobat kesana, beliau mendiagnosis bahawasanya penyebab penyakit yang diderita istri saya adalah terkena virus herpes. Dan beliau pun memberikan dosis obat antivirus herpes berupa Acyclovir Tablet, Vitamin Syaraf berupa Methycobalamin Kapsul, Pereda rasa sakit berupa Sanexon, dan obat pencegah mag, karena istri saya mempunyai riwayat penyakit mag. Dan beliau juga menyarankan harus memakai masker dan kacamata agar angin tidak menerpa wajah secara langsung. Kemudian beliau juga menyarankan harus dibantu dengan terapi berupa pemanasan wajah dengan dikompres atau pakai air panas di botol atau bisa juga dengan teknik akupuntur wajah. Total biaya yang dikeluarkan pada saat berobat ini sekitar Rp 500 ribuan. Sangat menguras kantong.
Pada esok harinya, ternyata ada perubahan yang dialami. Namun masih diluar ekspektasi karena perubahan yang terjadi masih berskala minor alais kecil yaitu berupa perasaan yang lebih ringan oleh istri saya. Namun ekspresi wajah istri saya masih tetap sama. Dingin seperti es, tidak ada ekspresi. Ya Allah cobaan ini semakin membuat saya berfikir lebih keras lagi. Akhirnya diputuskan untuk pergi lagi menemui dokter lainnya yaitu dokter spesialis syaraf. Diagnosis dokter spesialis syaraf ini ternyata lebih kurang sama dengan dokter sebelumnya dan obat yang diberikan pun hampir sama.Tapi mungkin kualitasnya lebih bagus. Biaya yang dikeluarkan pun jauh lebih besar yaitu sekitar Rp 800 ribuan. Namun beliau mengatakan bahwa penanganan pertama untuk penyakit yang diderita istri saya ini sudah terlambat sekitar 4 atau 5 hari pasca virus mulai menyerang sistem syaraf ke VII (saraf fascialis) sehingga peluang sembuhnya akan menjadi lebih lama. Kami pun berdoa semoga ke depannya bisa lebih baik lagi. Ya benar saja, ada sedikit perubahan yang terjadi, perasaan yang lebih lega dari sebelumnya oleh istri saya. Namun tanda-tanda akan adanya perubahan ekspresi wajah istri saya belum ada kemajuan. Karena berlainan lokasi dengan istri, saya pun fokus belajar mandiri di internet apa saja yang harus dilakukan agar bisa terbebas dari penyakit ini. Saya percaya pasca diberikannya Acyclovir Tablet, sebenarnya virus yang menginfeksi tesebut sudah berhasil diredam. Namun perang besar selanjutnya yang akan memakan waktu lama adalah bagaimana mengembalikan fungsi syaraf motorik dan otot wajah tersebut kembali normal seperti sedia kala. Akhirnya saya menemukan cara memijat wajah pasca serangan Bells Palsy. Kita harus memijat wajah (sesuai gambar terlampir) tersebut setelah terlebih dahulu di panas-panaskan dengan banyak cara. Pertama, dengan menggunakan nasi panas yang dibungkus dengan serbet. Kedua, dengan menggunakan air hangat yang dibuat dalam dalam botol. Ketiga, dengan memanas-manaskan daun kunyit yang dilapisi dengan minyak zaitun dan mungkin banyak cara lainnya yang belum terpfikirkan oleh penulis dimana pada intinya pemanasan wajah tersebut harus aman untuk wajah. Tujuan pemanasan wajah ini adalah untuk merangsang kembali syaraf yang telah membeku tersebut agar mau kembali bekerja dengan normal.
Setelah dilakukan pemanasan pada bahagian wajah yang terkena Bells Palsy, barulah kita melakukan terapi pemijitan dan ini tidak boleh dilakukan serampangan. Karena pada dasarnya telah terjadi perubahan posisi otot wajah dari sedia kala. pemijatan harus dilakukan dari bagian tengah wajah menuju area telinga. Karena disekitar area telinga terdapat pusat saraf ke VII (saraf fascialis). Dan dari gambar dapat kita lihat ada cabang syaraf yang menjuntai. Jadi pemijatan harus dilakukan dari ujung syarafmenuju pangkal syaraf yang ada di dekat telinga. Pemijatan sebaiknya harus dibantu dengan minyak zaitun karena salah satu fungsi minyak zaitun adalah membantu perkembangan respon syaraf tersebut dan mencegah wajah menjadi lecet.
Satu hal yang harus dipahami dan diketahui adalah wajah yang terkena Bells Palsy ini sebenarnya mengalami pembengkakan akibat bergesernya posisi awal otot wajah ke posisi yang acak. Pemijatan harus dilakukan dengan hati dan cermat. Tidak boleh serampangan dan diperlukan kesabaran yang ekstra. Ada baiknya dilakukan dari bawah wajah kemudian ke tengah lalu diakhiri dengan bagian atas wajah. Atau bisa dilakukan sebaliknya. Hal ini bertujuan agar posisi otot wajah kembali pada semula dan tidak ada otot yang terlewatkan untuk dipijat. Hal fatal yang akan terjadi jika dilakukan dengan tidak benar, maka kecacatan permanen dapat terjadi. Hal ini akan sungguh membawa kerugian yang besar bagi si penderita. Karena akan selalu menjadi pertayaan bagi si penderita oleh keluarga, teman, atau kenalan dan lainnya ketika berjumpa pasca terjadinya serangan Bells Palsy ini. Daloam kasus ini, saya yang menangani istri yang sedang menjadi penderita memang agak suka dalam hal pijat memijat. Walaupun bukan ahli pijat, saya sudah memahami sedikit tentang ilmu memijat dari buku saku yang saya beli ketika dulu pernah tinggal di kota Bandung sekitar 7 tahun yang silam. Semoga yang menulis buku tersebut diberi keberkahan umur dan kelapangan rezeki.
Kembali ke soal cara memijat wajah si penderita Bells Palsy, tanda yang paling signifikan pada bahagian wajah yang terkena Bells Palsy adalah dengan cara membandingkan keadaan otot wajah yang tidak terkena Bells Palsy. Kita bisa menyentuh keduanya. Pada pemijatan bahagian wajah terkena Bells Palsy akan dirasakan oleh pemijat bahwa ada rasa "gluduk-gluduk" dan rasa sakit yang luar biasa ketika si penderita dipijat, padahal sentuhan yang diberikan adalah sentuhan biasa. Sedangkan pada wajah yang normal, tidak akan terasa apa-apa, malah akan tersa nikmat jika wajah tersebut mendapatkan pijatan. Dan hal ini pun dilakukan paling sedikit 3 kali sehari agar mendapatkan hal yang maksimal. Pada saat pemijatan, area mata adalah hal yang perlu diperhatikan karena si penderita akan kesakitan jika dilakukan tidak tepat.

Dan setelah obat yang diberikan dokter habis, kami pun pergi melakukan check up ke dokter syaraf untuk sekaligus konsultasi perkembangan penyakit istri saya. Kalau tidak salah sampai 3 x konsultasi lagi. Tentu dengan total biaya konsultasi mencapai 3 x @Rp. 500 ribuan per konsultasi. Lumayan mencekik bukan. He he. Lama kelamaan, dengan tetap meminum obat dari dokter dan terapi yang saya lakukan rutin kepada istri, rasa sakit akibat pembengkakan yang dialami olehnya semakin berkurang. Namun satu hal yang mengkhawatirkan saya adalah sudah hampir 4 minggu, tanda-tanda wajah bahagian kanan istri saya dapat mengontrol ototnya sendiri belum muncul. Saya pun kembali khawatir. Usaha apalagikah yang harus diperbuat. Bersyukurlah saya hidup di zaman adanya smartphone yang mana internet bisa menjadi penolong pertama agar bisa melakukan sessuatu yang masih awam bagi saya. Kembali saya menyibukkan diri dengan internet, apa saja terapi lain yang bisa dilakukan agar bisa terbebas dari efek kekakuan otot wajah pasca serangan Bells Palsy. Akhirnya saya menemukan tulisan berbahasa malaysia bahwa sanya akupuntur bisa menyembuhkan Bells Palsy. Dari pengalaman beliau, dari awal terkena Bells Palsy dari dia sembuh 98% adalah membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Dan setelah meminum obat dokter, beliau melakukan terapi rutin pada seorang shinsee yang dari tampilan sudah tua dan sangat berpengalaman. Ini alamat tulisannya , "http://1citemalaya.blogspot.co.id/2017/01/pengalaman-menghidap-bells-palsy-inilah.html". Dan dibeberapa video di youtube juga terdapat terapi pengangan Bells Palsy dengan menggunakan akupuntur. Dan harapan akan pengobatan kesembuhan penyakit Bells Palsy yang diderita istri saya pun kembali muncul.
Saya pun mulai berkeliling-keliling mencari tempat terapi akupuntur di kota tempat saya bekerja dan di kota kampung halaman saya. Sambil bertanya-tanya kepada keluarga, teman, atau kenalan apakah mereka mengetahui dimana ada buka prakterk akupuntur. Dan masih saja ujian itu muncul, saya tidak menemukan lokasi praktek akupuntur dan mereka pun tidak tahu. Ya Allah, sudah 1 bulan rasanya keceriaan rumah tangga ku berkurang setengah akibat istriku yang terkena serangan Bells Palsy tidak dapat tersenyum. Karena kalau istri saya tersenyum, sebelah wajahnya kaku dan yang terlihat adalah wajah sinis. Padahal istri saya sudah berusaha maksimal untuk tersenyum dan tidak ada maksud sama sekali berwajah sinis. Akibat dari itu, seringkali ketika istri saya tersenyum maka ditutupnya lah wajahnya sebelah. Sungguh menggoncang batin, saya pun terenyuh dan meleleh hatiku dan menangis dalam hati. Lama saya merenung, dan berdiam diri. Untuk sementara, saya pun berhenti dari aktivitas olahraga yang saya geluti. Fokus saya cuma satu, setelah bekerja, saya harus tetap browsing di internet untuk membaca pengalaman orang orang yang terkena Bells Palsy dan mempelajari gambar-gambar yang berkaitan dengan Bells Pasy.
Tiba-tiba saya terfikir dari semua terapi dan pengobatan yang sudah dijalani. Saya harus membawa istri saya kembali dari kota dimana orang tua kami tinggal. Saya sendirilah yang akan menjadi tabibnya. Dan sebagai antisipasi, saya meminta resep kepada dokter syaraf tersebut supaya bisa dibeli di apotek di kota saya tempat bekerja. Saya pun akan mencoba titik syaraf akupuntur tapi dengan metode penempelan koyo salonpas atau sejenis (sesuai dengan ketahanan masing-masing orang, kebetulan saya mencoba yang rasa normal) dengan dipotong kecil dengan ukuran 1 x 1 cm dan 1 x 3 cm sesuai dengan lokasi penempelan koyo tersebut. Karena pada prinsipnya syaraf harus dirangsang dengan panas, justru syaraf tidak akan bekerja ketika suhu dingin. Itulah prinsip dasar saya melakukan terapi dengan teknik ini. Namun sebelum dilakukan penempelan koyo, istri saya terlebih dahulu makan obat sesuai resep dokter. Kemudian wajah dipanasi dulu dengan air dalam botol, lalu dilakukan pemijatan dengan diolesi minyak zaitun (teknik pemijatan sesuai dengan gambar diatas). Barulah saya mulai metode baru, yaitu titik akunpuntur dengan penempelan koyo. Titik-titik yang ada di gambar dibawah adalah tempat dimana koyo akan di tempel. Dan harus dilakukan 3 x sehari. Kalau bisa sepanjang hari harus di tempeli dengan koyo.


Dan selang 2 bulan dari kejadian ini, alhamdulillah istri saya sudah kembali normal. Mungkin sudah 98% karena pasca serangan Bells Palsy si penderita dapat normal 100% jika sudah memakan waktu sampai dengan 9 bulan lamanya. Dibutuhkan perjuangan keras dan kesabaran agar si penderita dan keluarga dapat melalui masa-masa sulit. Karena pantangan untuk si penderita sangat kompleks. Tidak boleh terkena angin, sehingga jika bepergian harus memakai masker. Tidak boleh dingin, sehingga kemana-mana harus memakai jaket. Tidak boleh mandi air dingin, sehingga harus mandi pakai iar panas. Dan mudah-mudahan berguna bagi siapa saja yang membaca tulisan ini. Sekian dan wassalam.