Ketika menjalani diklat 2 bulan di Jakarta, Saya dan Bro Arga
melakukan pendakian ke Gunung Cikuray, Kab. Garut, Propinsi Jawa Barat. Setelah melakukan persiapan
yang matang, pada hari Sabtu pagi, tanggal 08 Oktober 2011 kami pun berangkat
ke Terminal Lebak Bulus untuk menumpang Bus Primajasa Jurusan Garut dengan
ongkos Rp. 50.000,-. Dan waktu tempuh Jakarta – Garut adalah kurang lebih 3
s.d. 4 jam.
Pukul 11.00 kami pun sampai di Terminal Garut. Setelah tanya
– tanya disana sini, kami pun memperoleh informasi bahwa angkutan untuk menuju
pos pendakian Cikuray ada di pasar belakang terminal. Kami pun memutuskan untuk
makan siang dulu dan lanjut untuk mendapati angkutan tersebut. Waktu tempuh
yang terpakai adalah kurang lebih 30 s.d 50 menit perjalanan ke Desa Sukatani, Kec. Citelu. Sesampai di
simpang menuju Gunung Cikuray, perjalanan dilanjutkan dengan ojek. Setelah terjadi
tawar menawar kami pun membayar ojeg per buahnya sekitar Rp. 30.000,-. Waktu tempuh
menuju tower TVRI dan TV lainnya adalah 40 menit. Selama perjalanan kami
melihat banyak petani yang bekerja untuk memetik dauh teh dengan gigihnya
dibawah teriknya sinar mentari.
Pada pukul 12.30 kami pun sampai di Tower dan melanjutkan
perjalanan dengan kaki menembus Gunung Cikuray yang sedang ditutupi oleh kabut
tebal. Beruntung tidak turun hujan. Di kiri kanan dan sejauh mata memandang
terdapat kebun teh membuat hati terasa teduh.
Tak lama setelah melakukan perjalanan, kami mendapati
rombongan pendaki lainnya yang berjumlah 4 orang. Mereka berasal dari Jakarta. Kami
pun sholat sejenak dan kembali melakukan perjalanan.
Lereng Gunung Cikuray ini selain ditanami dengan teh, oleh
masyarakat ditanami juga dengan kubis atau kol. sesekali kami bertemu dengan para petani yang baru pulang dari ladang.
Dan tak jarang kami mendapati
serangga-serangga yang warnanya menarik disepanjang perjalanan.
Jalur pendakian
gunung Cikuray tidak memiliki pos – pos persinggahan layaknya kebanyakan gunung
yang ramai didaki.
Namun pada bagian – bagian tertentu sudah ada bagian yang
landai sehingga bisa digunakan untuk mendirikan tenda. Karena sudah terasa
lelah, kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda kira – kira 40 menit
perjalanan ke puncak pada Pukul 18.30. Beruntung cuaca pada saat itu sangat cerah
dan suhu pun tidak terlalu dingin (walaupun sempat menggigil). Setelah makan
dan sholat, malam pun digunakan untuk istirahat sebaik – baiknya.
Keesokan harinya pada tanggal 09 Oktober 2011, pada pagi –
pagi buta kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak dengan bekal secukupnya. Barang
– barang yang berat ditinggalkan bersama tenda. Ketika sudah mendapati puncak,
hati terasa sangat senang. Rasa lelah ketika mendaki terlupakan sudah. Puncak Gunung
Cikuray yang tingginya 2.818 mdpl terdaki sudah. Tampak Gunung Papandayan dan
Gunung Guntur berdiri megah diantara lautan awan yang memutih. Di puncak gunung cikuray terdapat sebuah pondokan
dari semen yang digunakan para pendaki sebagai tempat peristirahatan jika tidak
membawa tenda. Sayangnya, karena langit agak berawan, pemandangan matahari
terbit tidak terlalu jelas kelihatan.Disini tidak terdapat Bunga Edelweis, akan tetapi terdapat tanaman akar jenggot yang tumbung malang melintang diantara pohon - pohon.
Setelah puas berada di puncak, kami pun
bergegas turun ke tenda dimana kami meninggalkan barang – barang lainnya.
Setelah packing selesai, kami pun mulai turun. Karena
treknya lumayan enak, kami pun sesekali berlari menuruni lereng gunung.
Sehingga kami bisa sampai di Tower TV pada pukul 12.00. Sebagai catatan waktu
estimasi naik, normalnya adalah 8 s.d.
10 jam dan turun normalnya adalah 4 s.d. 5 jam. Dan pada waktu mendaki, jangan lupa menyimpan no Hp
dari tukang ojeg, karena ketika sudah turun kembali ke bawah, tidak ada tukang
ojeg yang stand by disana.
Setelah turun dari Gunung Cikuray, kami mencari masjid. Kami pun menemukan Masjid Raya Al-Mubarok di desa Sukatani, Kec. Citelu dan sekaligus menumpang mandi.
Setelah mandi dan sholat, tubuh kembali terasa segar. Kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri kota Garut yang terkenal dengan Dodol Garut dan Mojang Garut yang aduhai. Destinasi pertama yang ingin saya saksikan adalah pesona Domba atau Kambing Garut yang tampilannya merupakan perwujudan dari Horoskop Aries. Kambing Garut bisa bernilai sampai ratusan juta rupiah. Apalagi kalau kambing jawara, hasil seleksi adu kambing yang kerap dilaksanakan masyrakat setempat. Namun untuk menyaksikan Kambing Garut cukup mendatangi alun - alun kota Garut. Disana terdapat delman mini yang ditarik oleh Kambing Garut. Penumpang pun mini juga, yaitu anak - anak kecil. Sambing memandangi kambing - kambing tersebut berlatarkan Masjid Agung Garut, kami membeli mie ayam sekaligus menjadi menu santap siang.
Selepas santap siang, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, menyusuri kota Garut yang damai dan Indah, sebelum kami pulang kembali ke Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar