Senin, 16 September 2013

Pendakian Gunung Cikuray

Ketika menjalani diklat 2 bulan di Jakarta, Saya dan Bro Arga melakukan pendakian ke Gunung Cikuray, Kab. Garut, Propinsi Jawa Barat. Setelah melakukan persiapan yang matang, pada hari Sabtu pagi, tanggal 08 Oktober 2011 kami pun berangkat ke Terminal Lebak Bulus untuk menumpang Bus Primajasa Jurusan Garut dengan ongkos Rp. 50.000,-. Dan waktu tempuh Jakarta – Garut adalah kurang lebih 3 s.d. 4 jam.

Pukul 11.00 kami pun sampai di Terminal Garut. Setelah tanya – tanya disana sini, kami pun memperoleh informasi bahwa angkutan untuk menuju pos pendakian Cikuray ada di pasar belakang terminal. Kami pun memutuskan untuk makan siang dulu dan lanjut untuk mendapati angkutan tersebut. Waktu tempuh yang terpakai adalah kurang lebih 30 s.d 50 menit perjalanan ke Desa Sukatani, Kec. Citelu. Sesampai di simpang menuju Gunung Cikuray, perjalanan dilanjutkan dengan ojek. Setelah terjadi tawar menawar kami pun membayar ojeg per buahnya sekitar Rp. 30.000,-. Waktu tempuh menuju tower TVRI dan TV lainnya adalah 40 menit. Selama perjalanan kami melihat banyak petani yang bekerja untuk memetik dauh teh dengan gigihnya dibawah teriknya sinar mentari.












Pada pukul 12.30 kami pun sampai di Tower dan melanjutkan perjalanan dengan kaki menembus Gunung Cikuray yang sedang ditutupi oleh kabut tebal. Beruntung tidak turun hujan. Di kiri kanan dan sejauh mata memandang terdapat kebun teh membuat hati terasa teduh.


Tak lama setelah melakukan perjalanan, kami mendapati rombongan pendaki lainnya yang berjumlah 4 orang. Mereka berasal dari Jakarta. Kami pun sholat sejenak dan kembali melakukan perjalanan.








Lereng Gunung Cikuray ini selain ditanami dengan teh, oleh masyarakat ditanami juga dengan kubis atau kol. sesekali kami bertemu dengan para petani yang baru pulang dari ladang.












 Dan tak jarang kami mendapati serangga-serangga yang warnanya menarik disepanjang perjalanan.






Jalur pendakian gunung Cikuray tidak memiliki pos – pos persinggahan layaknya kebanyakan gunung yang ramai didaki.






Namun pada bagian – bagian tertentu sudah ada bagian yang landai sehingga bisa digunakan untuk mendirikan tenda. Karena sudah terasa lelah, kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda kira – kira 40 menit perjalanan ke puncak pada Pukul 18.30. Beruntung cuaca pada saat itu sangat cerah dan suhu pun tidak terlalu dingin (walaupun sempat menggigil). Setelah makan dan sholat, malam pun digunakan untuk istirahat sebaik – baiknya.

Keesokan harinya pada tanggal 09 Oktober 2011, pada pagi – pagi buta kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak dengan bekal secukupnya. Barang – barang yang berat ditinggalkan bersama tenda. Ketika sudah mendapati puncak, hati terasa sangat senang. Rasa lelah ketika mendaki terlupakan sudah. Puncak Gunung Cikuray yang tingginya 2.818 mdpl terdaki sudah. Tampak Gunung Papandayan dan Gunung Guntur berdiri megah diantara lautan awan yang memutih. Di puncak gunung cikuray terdapat sebuah pondokan dari semen yang digunakan para pendaki sebagai tempat peristirahatan jika tidak membawa tenda. Sayangnya, karena langit agak berawan, pemandangan matahari terbit tidak terlalu jelas kelihatan.Disini tidak terdapat Bunga Edelweis, akan tetapi terdapat tanaman akar jenggot yang tumbung malang melintang diantara pohon - pohon.











Setelah puas berada di puncak, kami pun bergegas turun ke tenda dimana kami meninggalkan barang – barang lainnya.



Setelah packing selesai, kami pun mulai turun. Karena treknya lumayan enak, kami pun sesekali berlari menuruni lereng gunung. Sehingga kami bisa sampai di Tower TV pada pukul 12.00. Sebagai catatan waktu estimasi naik, normalnya  adalah 8 s.d. 10 jam dan turun normalnya adalah 4 s.d. 5 jam. Dan pada  waktu mendaki, jangan lupa menyimpan no Hp dari tukang ojeg, karena ketika sudah turun kembali ke bawah, tidak ada tukang ojeg yang stand by disana.








Setelah turun dari Gunung Cikuray, kami mencari masjid. Kami pun menemukan Masjid Raya Al-Mubarok di desa Sukatani, Kec. Citelu dan sekaligus menumpang mandi.


Setelah mandi dan sholat, tubuh kembali terasa segar. Kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri kota Garut yang terkenal dengan Dodol Garut dan Mojang Garut yang aduhai. Destinasi pertama yang ingin saya saksikan adalah pesona Domba atau Kambing Garut yang tampilannya merupakan perwujudan dari Horoskop Aries. Kambing Garut bisa bernilai sampai ratusan juta rupiah. Apalagi kalau kambing jawara, hasil seleksi adu kambing yang kerap dilaksanakan masyrakat setempat. Namun untuk menyaksikan Kambing Garut cukup mendatangi alun - alun kota Garut. Disana terdapat delman mini yang ditarik oleh Kambing Garut. Penumpang pun mini juga, yaitu anak - anak kecil. Sambing memandangi kambing - kambing tersebut berlatarkan Masjid Agung Garut, kami membeli mie ayam sekaligus menjadi menu santap siang.



Selepas santap siang, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, menyusuri kota Garut yang damai dan Indah, sebelum kami pulang kembali ke Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar