Selasa, 04 November 2014

Trip to Pulau Bunaken (Kota Manado)

Selepas dari Perjalananku di Kota Makassar atau lebih tepatnya lanjutan catper turun dari Gunung Latimojong, pada tanggal 31 Mei 2014 pukul 09.10 WITA, pesawat Li*n Air membawa aq dan bro Herman lepas landas dari bandara Hasanuddin Makassar menuju bandara Sam Ratulangi (Manado). Ditengah perjalanan aq disuguhi pemandangan Teluk Tomini yang indah, sebuah teluk yang cukup besar di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah (semoga suatu saat bisa berkunjung kesana). Dan pada waktu itu hari cukup cerah. Perjalanan dari Makassar – Manado via udara adalah 1 jam 40 menit. Dan kami pun sampai di Manado pada pukul 10.50  WITA. 




Jarak bandara Sam Ratulangi menuju kota Manado adalah 18 km. Kami pun menyewa travel untuk transportasi menuju kota Manado. Kalau boleh dibandingkan, jalanan kota Manado mirip dengan kota Pematangsiantar di Sumatera Utara. Jalanannya lumayan sempit dan berbukit-bukit. Yang membedakan keduanya adalah, kota Manado jauh lebih metropolitan karena memang merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Utara dan merupakan daerah tujuan utama wisata di Indonesia. 

Kembali sedikit ke belakang, pada awalnya, rute perjalananku selanjutnya adalah Kepulauan Wakatobi (Taman Bawah Laut Wakatobi yang terkenal dengan Pari Manta). Namun setelah membaca beberapa referensi dan berfikir secara mendalam, untuk solo travel, Wakatobi belum bisa menjanjikan. Karena beberapa referensi menyatakan lebih baik membawa rombongan agar biaya yang ditanggung lebih murah karena fasilitas belum selengkap di Manado. 

Manado menarik minat saya karena dua hal, yang pertama adalah pesona Taman Bawah laut Bunaken dan yang kedua adalah Wanitanya yang terkenal cantik-cantik (perpaduan darah portugis, philipina dan china) yaitu berkulit putih dan berwajah oval. Dan dalam perjalanan ini, aq sangat menikmatinya karena keduanya sangat benar 100%. Top markotop lah. Namun satu hl yang membuat aq agak kecewa adalah kota Manado di berbagai sudut kotanya dan termasuk Pelabuhan Penyeberangan ke Pulau Bunaken, Siladen dan Manado Tua tidak cukup tertata dan banyak sampah.

Setelah sampai di Manado, kami pun mencari penginapan. Karena teman aq, Herman, sudah biasa ke Manado, kami pun jalan sendiri-sendiri. Aq lebih memilih menikmati suasana kota Manado. Dan dia pun sudah berjanji untuk bertemu dengan temannya di Manado Town Square.

Dengan bantuan peta wisata yang sudah aq cetak, tujuan utamaku adalah Zero Point. Ternyata tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap. Zero Point adalah pusat pertemuan angkot di Seluruh Kota Manado, dan juga merupakan titik Nol Km kota Manado. Zero Point merupakan Tugu yang berlambang Bola Dunia, yang melambangkan perdamaian. 


Dari Zero Point aq menuju sebuah Fly Over, yang ternyata belum selesai. Menurut penuturan masyarakat setempat, Fly Over tersebut akan membentuk sebuah jembatan yang bernama Jembatan Soekarno-Hatta. Yang akan menjadi solusi dari kemacetan yang melanda kota Manado beberapa tahun terakhir. 



Benar saja, setelah berjalan-jalan disekitaran pantai dekat tugu besar di tepi pantai, dan berkelanana di pasar sehati, untuk mencapai sisi kota Manado di seberang muara sungai yang cukup besar, hanya dihubungkan oleh sebuah jembatan saja. Kota Manado di sore hari sangatlah macet. 



Dan akhirnya, waktu magrib pun tiba. Tidak sengaja aq sholat di masjid Fath Awal (di wilayah Utara kota Manado), yang merupakan masjid pertama di kota Manado. Sebagai catatan, kota Manado didiami penduduk dengan komposisi 70 % beragama Kristen dan 27% beragama Islam.


Selepas sholat magrib, aq pun naik angkot menuju batas selatan kota Manado, yaitu terminal Malalayang. Dan akhirnya kembali ke penginapan.


Pada keesokan harinya, tanggal 1 Juni 2014 aq pun pergi ke Pelabuhan Marina, tempat kapal penyeberangan ke Bunaken. Pelabuhan Marina tepat berada dibawah Jembatan Layang Soekarno Hatta yang sedang dibangun. Karena biaya untuk sewa kapal lumayan mahal, maka aq menunggu beberapa orang yang bisa diajak bareng menuju Bunaken. Akhirnya aq bertemu dengan 3 orang. Kami pun berangkat menuju Pulau Bunaken memakai jasa boat sewa.




Sepanjang perjalanan merupakan pemandangan yang indah. Sesekali penyu dan berbagai macam ikan yang lumayan besar menampakkan dirinya. Dan setelah 40 menit, kami pun sampai di Pulau Bunaken. 



Disini qt bisa menyewa alat-alat snorkeling maupun diving. Plus ada paket sesi foto-foto bawah laut jika tidak membawa kamera Underwater. Sewa alat snorkeling lengkap (mask, snorkel, baju renang dan finch/kaki katak) adalah Rp. 150.000,- dan sewa jasa foto bawah laut adalah Rp. 350.000,-/per kapal untuk seratusan foto. Setelah memakai pakaian yang pas, kami pun bergerak menuju spot snorkeling dengan kapal boat yang tadinya kami tumpangi. Untuk paket diving mungkin agak mahal, kalau tidak salah mencapai Rp. 800.000,-/orang untuk beberapa kali penyelaman per harinya. Jangan lupa membawa biskuit untuk memancing ikan-ikan berada disekeliling qt dengan memberinya makan. Sekedar info, agar setelah bersnorkeling atau diving tidak kelaparan. Ada baiknya jika qt memesan menu ikan laut yang tersedia di beberapa warung makan yang ada disini (jika tidak membawa bontot sebelumnya).

Di bunaken, kelestarian terumbu karang begitu terjaga, sehingga tidak boleh sembarangan untuk melakukan snorkeling atau diving. Sehingga supir boat kami pun menjadi pemandu sekaligus guru dalam snorkeling kali ini. Kami pun sampai di spot snorkeling untuk yang pemula. Tampak dari kejauhan ada beberapa rombongan yang melakukan diving tidak terlalu jauh dari tempat kami akan bersnokeling ria.



Benar saja, air sangat jernih sekali dan ikannya sangat banyak. Ingin rasanya langsung menceburkan diri ke laut. Dan akhirnya, kami pun melompat ke laut setelah memakai peralatan degan lengkap.








Menurut penuturan dari guide yang membawa kami, spot ini adalah tempat syuting iklan stasiun TV RC*I dimana ketika zaman dulu masyhur dengan iklan melakukan diving di batas vegetasi terumbu karang yang dangkal dengan lau dalam sambil menunjukkan jempolnya menandakan “OK”. Dan kami pun berpose disini dengan bantuan guide, dengan cara mendorong kami ke bawah lalu di foto.




Setelah lelah, ternyata di kapal boat sudah tersedia kelapa muda yang langsung aq sambar, dan tampak dari kejauhan puncak gunung Pulau Manado Tua begitu gagah di tengah hari yang cerah.




Setelah lelah bersnorkeling ria, kami pun kembali ke Pulau Bunaken. Kemudian kami membersihkan diri di kamar mandi yang telah disewakan. Untuk mandi dengan air tawar qt bisa membeli 1 galon air tawar dengan harga Rp 10.000,-/galon. Karena makanan telah dipesan, kami pun makan siang dengan latar pemandangan laut yang cerah.






Dan akhirnya kami pun pulang kembali ke Manado, karena sudah terasa letih plus cuaca mulai gerimis, kami pun tertidur nyenyak dan akhirnya sampai kembali di Pelabuhan Marina, Manado. Pada malam harinya, aq berkeliling kota Manado sambil berjalan kaki dan tujuan utama ku adalah mencari souvenir khas Manado. Ada beberapa tempat penjualan souvenir tersebut yang terletak di Jalan Kawanua yang tidak terlalu jauh dari Pusat Kota Manado.




Dan keesokan harinya aq berangkat ke Bandara Sam Ratulangi, dengan pemandangan matahari terbit gagahnya gunung Klabat (1999 mdpl) dan kembali ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Sibolga. Demikian catper ku edisi pertama menjelajah Pulau Sulawesi, semoga selanjutnya bisa menjelajah Kepulauan Wakatobi, mendaki gunung Bawakaraeng, menikmati indahnya danau Poso dan teluk Tomini.  



Sampai jumpa di Catper selanjutnya, wasslam..... :) 

1 komentar:

  1. pade-pade maho na kuliah i, sambil berwira usaha atau cepat2 ko tamat, aso adong karejo mu, "harapan, keyakinan dan doa adalah jiwa seorang pemimpi"

    BalasHapus