Gunung
Sorik Marapi belum banyak diketahui oleh khalayak pecinta Gunung di Indonesia.
Mungkin karena akses ke Gunung ini cukup terpencil atau memang pengenalan terhadap keberadaan gunung ini tidak seterkenal Gunung
Sibayak atau pun Gunung Sinabung yang sama-sama terletak di Provinsi Sumatera
Utara. Berada di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara, gunung ini merupakan puncak tertinggi di kawasan tersebut.
Sorik Marapi merupakan gunung berapi aktif jenis strato yang berketinggian 2.145 Mdpl. Koordinat puncak
gunung adalah 0°41' 11" LS and 99° 32' 13" BT.. Gunung ini memiliki
danau vulkanik di puncaknya sekaligus menjadi danau tertinggi di Sumatera
Utara. Akses menuju gunung ini adalah Jakarta – Padang (pesawat), Padang –
Payabungan (transport darat kurang lebih 7 jam) atau Jakarta – Medan (pesawat), Medan – Panyabungan
(transport darat kurang lebih 12 jam),
lalu dari Kota Panyabungan melanjutkan perjalanan ke desa Sibanggor Julu (titik
pendakian) ke arah Selatan Kota Panyabungan sekitar 1 s.d. 2 jam perjalanan
dengan angkutanm umum.
Sesuai
dengan rencana, pada tanggal 24 Desember 2012, Saya, Bro Boboy dan Kang Nana (teman satu kantor) akhirnya naik
ke Gunung Sorik Marapi. Perjalanan kami mulai pada hari Minggu, 23 Desember
2012 mengingat kami harus mendaki pada
pagi hari tanggal 24 Desember 2012. Kami pun memulai perjalanan Pukul 14.30
WIB dari Kota Padangsidempuan yang berjarak 70 km dari Kota Panyabungan sekitar
2 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Dan setelah sampai di Panyabungan,
kami istirahat sejenak untuk makan dan kembali melanjutkan perjalanan ke desa
Sibanggor Julu. Tepat Pukul 19.00 kami sampai di desa tersebut dan menjumpai
kawan yang kebetulan berdomisili di tetangga desa tersebut. Dan beliau pun
mengantar kami menuju rumah kepala desa Sibanggor Julu untuk melapor dan
sekaligus menjumpai guide yang akan membawa kami pada esok harinya. Setelah
berdiskusi sejenak, kami pun memberikan biaya administrasi sebesar Rp 50.000,-
untuk kas desa sesuai dengan peraturan penduduk setempat. Dan akhirnya kami
memutuskan untuk menginap di rumah kawan yang berada di tetangga desa tersebut.
Sebagai catatan, bagi yang tidak punya saudara di daerah ini, rumah kepala desa
biasa digunakan untuk tempat penginapan bagi para pendaki, dan tidk usah
khawatir, kepala Desa akan menerima tamu siapa saja yang datang untuk menginap
di rumahnya. Dan terkhusus untuk kaum hawa, gunung ini tidak boleh didaki,
karena menurut kepecayaan masyarakat setempat, ketika ada kaum hawa yang
mendaki, maka gunung tersebut akan bergejolak.
Setelah sarapan pagi, kami pun memulai perjalanan pada tanggal
24 Desember 2012 Pukul 06.30 WIB. Berhubung pada
saat itu terjadi musim harimau berkeliaran, maka kami pun ditemani 2 orang guide. Biaya per guide adalah Rp.
150.000,-.
Sebelum berangkat, kami pun berpose sejenak
mengabadikan matahari terbit ditambah pemandangan desa Sibanggor Julu yang
memiliki perumahan penduduk beratapkan Ijuk, yang merupakan serabut pohon Aren,
bahkan ada yang sudah mencapai ratusan tahun hingga ditumbuhi oleh lumut-lumutan.
Setelah
satu jam perjalanan, kami pun sampai di kawah matiyang dulunya merupakan
tambang belerang yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk mencari
penghasilan tambahan. Sebagai catatan jalur pendakian gunung ini relative curam,
sekitar 50 s.d. 75 derajat. Sehingga diperlukan persiapan fisik yang bagus
untuk mendaki.
Tepat
ditengah jalan, kami pun menyimpan sebagian barang yang dibawa dibalik
pepohonan agar bawaan tidak terlalu berat.
Setelah hampir 4 jam perjalanan kami pun sampai di vegetasi
puncak. Karena perut terasa lapar, saya dan Kang Nana memutuskan untuk makan
siang dan membiarkan yang lain untuk lebih dulu ke Puncak. Setelah selesai
makan siang, saya dan Kang Nana menyusul yang lainnya ke Puncak. Dan begitu
sampai di Puncak, rasa lelah pun terbayarkan dengan lunas. Namun sayang, kaki
saya mengalami kontraksi di bagian lutut, sehingga keinginan untuk mencapai dasar
kawah tidak bisa kesampaian. Kawah Gunung Sorik Marapi ini mempunyai diameter
1,5 Km dan mempunyai Danau Vulkanik dengan airnya yang hijau.Untuk memfoto seluruh bagian kawah harus memakai lensa wide dan menunggu momen yang tepat karena awan seringakali muncul sehingga wilayah sekitar puncak ditutupi kabut tebal. Oleh penduduk setempat,
belerang yang terdapat di dasar kawah dijadikan sebagai tambahan penghasilan. Dan
setiap orang mampu membawa 20 sd. 80 kg sekali mendaki. Hal ini mengingatkan
saya dengan Gunung Kawah Ijen, dimana penduduk setempat mempunyai mata
pencaharian sebagai penambang belerang. Kebiasaan setempat setempat jika akan memasuki puncak Sorik marapi adalah mengumandangkan azan, hal ini dipercaya agar segala marabahaya tidak datang.
Setelah
puas menikmati puncak, kami pun mulai bergegas turun pada pukul 13.30 WIB. Gunung
ini merupakan bagian dari Taman Nasional Batang Gadis yang mempunyai habitat
jenis burung terbanyak di dunia. Disini bermukim pula Harimau dan Beruang Sumatera.
Pada saat itu lagi musim harimau yang berkeliaran. Dan pada saat turun dari
puncak, ntah saya salah, terdengar sebuah suara yang mirip suara sang raja
rimba. Karena fokus pada perjalanan, saya pun enggan membicarakannya dengan
yang lain. Dan pada pukul 16.30 WIB, dengan sisa-sisa tenaga dan kaki yang
sakit saya pun sampai di desa Sibanggor Julu tanpa kurang apapun.
Sebenarnya
masi terdapat tempat lain yang masih bisa dikunjungi, yaitu pemandian air panas
dan air terjun yang terletak 1 jam perjalanan dari desa Sibanggor Julu. Namun
berhubung hujan, kami pun buru-buru untuk melanjutkan perjalanan ke Panyabungan
berhubung kondisi fisik yang sudah drop. dan kembali ke Kota padangsidempuan. Thank’s to my friends, Zoelpahlewi,
Boboy Andika Harahap, Kang Nana, dan 2 guide yang membawa kami.
Keren... apalagi view rumah penduduknya. Gk kalah sama Kampung Naga di jawa... :D
BalasHapusTapi sayang yah cewek gk diijinin buat mendaki kesana
Nama nya juga kepercayaan setempat, sebagai pengunjung, qt harus mengikuti kearifan lokal, walau kadang-kadang di zaman modern sekarang hal-hal tersebut tidak masuk akal, :)
HapusPermisi mas. Perkenalkan saya adon, saya mahasiswa dari usu. Begini mas yg mau saya tanyakan ketika mas berada di desa sibanggor julu biaya retribusi apa saja yg dikerluarkan ? Dan apa di puncak gunung bisa mendirikan tenda untuk menginap mas ?
BalasHapusRetribusi yg di bayar oleh kami, ketika mendaki ke sorik marapi adalah memberikan uang sejumlah rp 50.000 untuk mengisi kas desa, bisa jd biaya retribusi ny bisa naik, karena saya terakhir naik ke sana desember 2013, klw menginap di puncak di pastikan tidak bisa, karena memang puncak ny merupakan kawah yg sangat besar, di khawatirkan asap belerang dari kawah bisa saja muncul, hal tersebut bisa membahayakan, akan tetapi, ada juga tempat sebelum sampai k puncak yg bisa dijadikan tempat berkemah, namun disana masih banyak harimau berkeliaran,
HapusMantap bg. Bisa bg artikel ini di publish ke portal berita online madina.
BalasHapussilahkan....dengan senang hati, namun jangan lupa menuliskan kutipan sumber tulisannya bg
Hapusizin berbagi info ya bang..
BalasHapusjika ingin mendirikan tenda di puncak, saya sarankan di sekitar danau, selain dekat dengan air juga aman dari asap belerang karena letaknya yg cekung jg angin jg tidak terlalu kencang karena terhalang dinding2 tebing diatas danau .
Saya dan teman2 dari Kompas Sinunukan sudah 2 kali nginap dipuncak Alhamdulilh aman.
ok, terima kasih tambahan informasinya, salam lestari
Hapus